Kasusnya pun bisa bermacam-macam. Mulai dari tersedak karena mainan dimasukkan ke dalam mulut, tersumbat telinga atau hidungnya, luka bakar karena bahan mainannya yang mudah terbakar, sampai terluka karena tergores sisi mainan yang tajam.
Yang jelas, kegembiraan tidak akan lagi terpancar di mata anak jika mainan itu berbalik menyakitinya. Nah!, Anda tidak perlu banyak alasan lagi untuk membekali diri dengan beberapa langkah berikut. Semuanya demi memastikan mainan yang diberikan kepada anak memang aman dan tidak berbahaya.
Membeli mainan sesuai usia anak
Misalnya, untuk anak berusia 3 tahun sebaiknya jangan dibelikan mainan yang ukurannya terlampau kecil. Karena yang ditakutkan, anak Anda akan memasukkan mainan tersebut ke dalam mulut mereka. "Sehingga, apabila zat berbahaya itu masuk ke dalam tubuh dan berakumulasi akan membahayakan kesehatan anak," tambahnya.
Harga mahal belum tentu aman
Selama ini, banyak orang tua beranggapan bahwa harga menentukan kualitas. Hal ini memang benar, tetapi tidak selamanya harga mainan yang mahal itu aman. "Dari temuan yang kita dapatkan, ada mainan anak yang harganya Rp 30 ribu sampai Rp 300 ribu. Ternyata yang mahal itu masih terdapat bahan kimia dan logam berbahaya," kata Noor.
Baca label dengan teliti
Kebanyakan orang tua membeli mainan anak tidak membaca label. Berdasarkan temuan YLKI, banyak mainan yang tidak memiliki label bahasa Indonesia. Padahal, dalam peraturan perdagangan dijelaskan bahwa produk apa pun harus mencantumkan label berbahasa Indonesia, yang berisi tentang bagaimana cara menggunakannya dan untuk usia berapa.
Periksa fisik mainan
Beberapa mainan edukasi anak umumnya berbahan dasar kayu seperti sempoa. Sehingga penting untuk melihat dan memeriksa kondisi permukaan mainan, apakah aman atau tidak bagi anak. Karena serpihan mainan berbahan kayu yang tidak mulus misallnya bisa masuk ke tangan anak-anak atau bahkan ikut termakan.